Hidrogranik, Teknik Pertanian Kreatif Ala Anak Bangsa

Hidrogranik, Tehnik Pertanian Kreatif Ala Anak Bangsa (Arief L/SariAgri)
Hidrogranik, Tehnik Pertanian Kreatif Ala Anak Bangsa (Arief L/SariAgri)

Editor: Idho - Senin, 17 Agustus 2020 | 10:30 WIB

SariAgri - Beragam cara bisa dilakukan warga dalam menjaga ketahanan pangan di masa pandemi covid-19. salah satunya seperti yang dilakukan Basiri, seorang petani asal Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang yang telah 6 tahun menekuni usaha bercocok tanam padi menggunakan sistem hidroganik.

Memanfaatkan pekarangan samping rumah seluas seperempat hektar, ia menanam padi menggunakan media tanam hidroponik. Tanaman padi miliknya ini sengaja ditanam dalam media gelas plastik tertara rapih di sederetan pipa yang telah dialiri air.

Dari sejumlah penelitian dan uji coba yang telah dirintisnya sejak tahun 2014 silam hingga kini, akhirnya ia sukses menjadikan pekarangan rumahnya sebagai lahan produktif. Sistem hidroganik ini, ia kombinasikan dengan tumpangsari.

“Sengaja saya mengkombinasikan sistem pertanian hidroganik dan tumpangsari. Pada bagian atas saya tanami padi dan di bagian bawah saya buat kolam ikan nila merah. Hasilnya dalam satu kali panen saya bisa mendapatkan dua keuntungan secara bersamaan, “ urainya dengan senyum kepada SariAgri.

Proses bercocok tanam metode hidrorganik, imbuh Basiri, diawali dengan menyiapkan gelas plastik yang diisi dengan tanah bercampur pupuk organik. Lalu ditebarkan benih padi dan ditunggu hingga 7 hari, sebelum nantinya dipindahkan ke media instalasi pipa yang telah disiapkan.

Melalui instalasi media tanam rancangannya ini, selain mampu mengefisiensikan lahan dan tenaga, juga mampu menghasilkan dua komoditas sekaligus yaitu padi dan budidaya ikan.

“Saya namakan ini sistem mina padi yang ramah lingkungan. Hasilnya sekali dayung bisa dapat dua keuntungan dalam setiap panen, “ jelasnya sumringah.

Instalasi hidroponik kombinasi tumpang sari ini, lanjutnya, sangat mudah diaplikasikan dipekarangan rumah warga dan juga lahan tandus yang tidak produktif. Karena melalui terobosan pangan ini, lahan tandus pun mampu menghasilkan panen sebanyak 4 kali dalam setahun.

Instalasi karyanya ini pun, sudah ia patenkan pada tahun 2017 lalu. Melalui terobosan ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi ketahanan pangan dalam menghadapi pandemi covid-19.

Hasil produk pertanian modern miliknya ini, kini juga telah dipasarkan kesejumlah wilayah di Nusantara, dengan harga jual Rp 20 ribu perkilogram. Inovasi pertanian modern hasil kreasinya ini, juga kerap ditularkan kepada sejumlah instansi pemerintah dan juga lembaga pendidikan sekitar.

(Arief L/ SariAgri Jawa Timur)