Mengenal ‘Microgreen’, Si Sayuran Mini yang Punya Segudang Manfaat

Microgreen Si Sayuran Mini (Rio P/SariAgri)
Microgreen Si Sayuran Mini (Rio P/SariAgri)

Editor: Idho - Minggu, 26 Juli 2020 | 18:00 WIB

SariAgri - Saat ini istilah urban farming atau pertanian kota memang tengah digencarkan. Nah, dengan melakukan urban farming, Sobat Agri bisa menanam baik buah hingga sayur di dalam ruangan dengan konsep microgreen. Lantas, apa sih microgreen itu?

Microgreen adalah budidaya sayur mini alias sayur belia. Ya, sebenarnya sistem budidaya pertanian kota dengan konsep microgreen sudah populer di luar negeri sejak lama. Hanya saja, di Indonesia saat ini belum terlalu populer.

Di Palembang sendiri tepatnya di Jalan Musi 7, Blok S 9, Komplek Way Hitam, ada seorang pengusaha microgreen bernama Lidwina Ninik.

Dirinya mengatakan, siapa saja yang ingin belajar pertanian kota, konsep budidaya sayur belia tanpa pestisida bisa menjadi langkah awal mendalami sistem tanam dalam pertanian perkotaan tersebut.

Untuk memulainya pun, Ninik menyebut cukup mudah. Pasalnya, kata dia, untuk mencoba pertanian kota, si pemula hanya butuh menyiapkan bibit dan wadah kecil dengan dua media tanam.

“Nah, keunggulannya itu (sayur belia tanpa pestisida) mempunyai segudang manfaat. Mulai dari bergizi, kaya mineral, betakaroten, dan mengandung vitamin lebih tinggi dibandingkan sayuran dewasa,” ujarnya kepada SariAgri.

Selanjutnya hasil panen pun dapat menjadi makanan sehat bagi tubuh kita. Dirinya mencontohkan, seperti sayur mungil atau sayur belia ini bisa dikonsumsi sebagai salad sayur non bahan kimia.

Adapun keunggulan lainnya dari sayuran belia ini yakni dapat langsung dikonsumsi setelah panen tujuh hari. Sebab, dia menyebut, pada saat masa bertumbuh, sayuran telah mengalami proses katabolisme.

“Kan masa panen itu mulai dari usia 7 sampai 21 hari. Nah, di waktu ini daun-daun yang tumbuh itu kaya minyak nabati dan protein,” tambah Ninik.

Ia juga menambahkan, untuk proses pembudidayaan sayur belia tersebut penanamannya dapat dilakukan dalam rumah atau dekat jendela
yang tidak banyak terpapar matahari. Kemudian, sambung dia, dengan tempat tanam bibit relatif kecil dan tidak menggunakan pupuk kimia.

Sementara untuk media tanam yang digunakan beragam, seperti cocopeat (bubuk sabut kelapa), perlite, vermikulit, rockwool atau campuran tanah, serta bahan organik. Namun, dirinya lebih senang menggunakan bubuk sabut kelapa dan serat mineral ringan.

Selain itu, ia membagikan tips saat mulai menaman bibit ini sebaiknya usai benih disemai, wadah penamanan ditutup menggunakan kain dan tidak perlu dilakukan penyiraman lagi karena media tanam (rockwool) sudah lembab. Namun, jika menanam di cocopeat sesekali disemprot air tidak masalah, terpenting dirawat jangan sampai layu dan mati hingga siap panen.

“Sedangkan pada saat penanaman ada yang perlu diperhatikan yakni sinar matahari. Namun, tanaman juga jangan kekurangan cahaya. Karena pengaruhnya akan mempengaruhi warna sayur menjadi agak pucat. Lalu, sayur jangan sampai terkena air hujan langsung dan untuk pemanenan cukup menggunakan gunting dengan meninggalkan bagian bawah tanaman,” tutur dia.

(Rio P/SariAgri Sumatera Selatan)